Jakarta—Dari empat kategori penilaian aksi nyata dalam program Sahabat Sekolah Dasar, ada empat sekolah yang menyabet dua kategori. Pertama, SDN Keputran I/332, Kota Surabaya Jawa Timur (Inovasi dalam Pelibatan Catur Pusat Pendidikan dan Sekolah Teraktif dalam Report Aksi Nyata). Kedua, SDIT Khoiru Ummah, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu (Inovasi dalam Pemanfaatan Media Komunikasi, Informasi, dan Publikasi dan Sekolah Teraktif dalam Report Aksi Nyata). Ketiga, SD Fransiskus Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatra Selatan (Inovasi dalam Pemanfaatan Media Komunikasi, Informasi, dan Publikasi dan Kategori Sekolah Teraktif dalam Report Aksi Nyata). Keempat, UPTD SDN Mekarjaya 21, Kota Depok, Jawa Barat (Inovasi dalam Pelibatan Catur Pusat Pendidikan dan Kategori Sekolah Teraktif dalam Report Aksi Nyata).
Riski, Kepala SD Keputran 1 Surabaya/332, mengaku senang dan terharu karena sekolah yang dipimpinnya meraih dua kategori tersebut. “Kayak kerja keras tim terbayar. Sampai terlonjak-lonjak dan teriak-teriak,” katanya saat dihubungi melalui sambungan Whatsapp, Rabu (10/12/2025).
Prestasi yang ditorehnya, Riski mengandaikan, sebagai upaya mengikir pendar BERLIAN. Ia menemukan kemilau kegigihan murid-muridnya dalam perjalanan aksi nyata yang terus dilakukan. BERLIAN adalah visi sekolah SDN Keputran I/332, akronim dari Berprestasi, Etika Luhur, Ramah Budaya, Lestari Lingkungan, Iman Kuat, Aktif Teknologi, dan Nasionalisme.
Menurutnya, prestasi itu diraih lantaran kerja tim yang solid. Tak hanya dirinya dan murid-murid Tim Sahabat Sekolah Dasar yang berjuang. Guru, Komite Sekolah, murid-murid, dan masyarakat sekitar juga berkontribusi dalam meraih prestasi.
Namun pencapaian ini tak lepas dari tantangan yang menghadang. Riski mengaku konsistensi penerapan aksi nyata di tengah kesibukan masing-masing personel tim sangat diuji. Selain itu, alat evaluasi pengukuran keberhasilan aksi nyata masih perlu disempurnakan. “Kadang kami masih merasa bersifat sporadis. Hanya satu-dua yang terukur dengan jelas by data,” ungkapnya.
Meraih prestasi tingkat nasional tak mudah. Riski mengajak kepala sekolah dan guru se-Indonesia untuk berefleksi. “Awali dengan niat baik, lakukan dengan ikhlas dan gembira,” ucapnya. Tetap tersenyum sembari menghadapi berbagai kesulitan di tengah jalan. Tidak peduli sesulit apapun masalah menghadang. “Karena kita yakin semua yang kita lakukan untuk masa depan anak-anak dan masa depan bangsa.”
Setiba di sekolah, Riski mengaku akan gelar syukuran, merapatkan barisan, dan memetakan aksi nyata yang akan dijalankan secara terus menerus dan terukur. Ia pun akan melibatkan banyak pihak dan berbagi ke sekolah-sekolah lainnya. “Satu yang masih terus kami perjuangkan adalah gerakan tanpa gadget di jam-jam berkualitas seperti 18.00—22.00,” tegasnya.* (Billy Antoro)