Sekolah Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini

  • 23 Februari 2022
  • Informasi
  • Kunjungan: 23702
Sekolah Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini

Sekolah Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini

Tata kelola sampah dari hulu ke hilir belum tertata dengan baik. Sekolah sebagai miniatur masyarakat bisa menjadi tempat pendidikan pengelolaan sampah sejak dini. Sekolah bisa mempraktekkan pengelolaan dan pemilahan sampah organik dan non organik. Tentunya dengan kolaborasi siswa, guru orangtua serta masyarakat. Sehingga akan lahir kemandirian pengelolaan sampah.

Demikian disampaikan Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd dalam webinar dengan tema “Mandiri Kelola Sampah Sekolah, Cermin Kualitas Karakter Sekolah". Webinar ini tayang secara live di Youtube Direktorat SD, Senin, 21 Februari 2022.

Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, pada tahun 2019 tercatat jumlah timbunan sampah mencapai 67,8 juta ton per tahun. Terdiri dari sampah organik dengan persentase sebesar 57%, sampah plastik 15%, sampah kertas 11% dan sampah lainnya 17%.

“Tanggal 21 Februari 2022 ini kita sedang memperingati hari sampah nasional. Pemerintah mengangkat tema ‘dengan kelola sampah kurangi emisi bangun proklim’. Proklim ini merupakan singkatan program kampung iklim,” kata Sri Wahyuningsih. M.Pd.

Terkait manajemen sampah, Pemerintah terus melakukan upaya mengelola sampah melalui berbagai kebijakan. Antara lain dengan telah diterbitkannya Undang-undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Kemudian ditindaklanjuti dengan PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga. Peraturan tersebut mengatur pengelolaan sampah yang merupakan kegiatan yang harus sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan, meliputi pengurangan dan penanganan sampah

”Pada seluruh jenjang satuan pendidikan termasuk Sekolah Dasar, sudah terdapat organisasi terkecil yaitu UKS. UKS ini salah satu upayanya adalah melakukan pembinaan mengembangkan kebiasaan hidup bersih dan sehat, yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah,” tutur Sri Wahyuningsih.

Ia melanjutkan, upaya-upaya ini dikenal dengan Trias UKS. Pengelolaan sampah sejalan dengan cabang-cabang kegiatan yang ada di dalam Trias UKS yaitu perilaku hidup bersih dan sehat melalui aktivitas kegiatan dalam rangka mendorong PHBS.

Perempuan yang akrab disapa Bunda Ning ini juga berharap satuan pendidikan, khususnya guru, mampu mengajarkan peserta didiknya sedini mungkin untuk menjadi pelopor penanggulangan sampah atau pelopor Reuse, Recycle dan Reduce (3R).

“Ini harus kita literasikan kepada anak kita sejak dini. Satuan pendidikan sekolah dasar menjadi elemen terpenting untuk mengubah perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini. Anak-anak kita di satuan pendidikan sekolah dasar harus menjadi agen-agen kebersihan, baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat,” ujarnya.

Sekolah Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini

Ir. Sinta Saptarina Soemiarno, M.Sc., Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyampaikan fenomena sampah yang cukup besar di Indonesia. Seperti tumpukan TPA-TPA atau tempat pemrosesan akhir sudah menggunung dan tidak bisa dihindari. Karena jumlah penduduk yang terus bertambah dan tidak semua pemerintah daerah dapat melayani pengelolaan sampahnya dengan baik. Selain itu juga pola konsumsi masyarakat sudah berubah dan terlihat semakin konsumtif sehingga menyebabkan sampah kemasan menjadi semakin banyak.

“Perlu kepedulian masyarakat akan pengelolaan sampah. Tapi sayangnya kepedulian masyarakat kita masih rendah. Dari survei yang dilakukan oleh BPS tahun 2018, kecil sekali persentase masyarakat peduli terhadap pengelolaan sampah. Dan ada juga studi willingness to pay untuk iuran sampah atau kesediaan membayar iuran sampah, orang Indonesia itu kecil bahkan cenderung tidak mau bayar,” tutur Sinta.

Padahal menurut Sinta, untuk memusnahkan dan mengolah sampah di TPA yang benar itu butuh anggaran. Di Pemda sendiri anggaran untuk pengelolaan sampah tidak menjadi prioritas.

“Diperkirakan jumlah sampah di Jakarta itu bisa sekitar 7.500 ton per hari dengan jumlahnya yang meningkat sebesar 300 ton per tahunnya,” kata Sinta.

Ia mengatakan sampah yang tidak terkelola bisa menimbulkan dampak negatif, tidak hanya terhadap kesehatan masyarakat tapi juga pada ekosistem lingkungan. Selain pemandangan yang tidak sedap juga rentan akan timbulnya berbagai penyakit.

“Tidak hanya itu, dampak sampah yang tidak terkelola juga akan berimbas pada kenaikan suhu pada gas rumah kaca yang bisa mengakibatkan meningkatnya jenis-jenis penyakit. Dan juga bisa menyebabkan banjir serta dampak yang lainnya,” imbuh Sinta.

Total timbunan sampah nasional itu mencapai 65,7 juta ton per tahun. Kalau disetarakan dengan gajah ada sekitar 13 juta gajah per tahun. Penyumbang sampah terbesar itu ternyata dari komposisi makanan sisa sebesar 27,7%, dan Indonesia negara kedua yang sisa makanannya banyak.

Penyumbang sampah paling besar adalah rumah tangga yaitu sebanyak 45,8%, termasuk dari rumah-rumah di kota maupun di desa. Sementara sampah pasar tradisional 22,5%.

”Sayang sekali kita lihat lebih banyak sampah tidak terkelola yaitu sekitar 65,15%. Ada yang dibuang ke lingkungan begitu saja, ada yang dibakar, ada yang dibuang ke sungai. Jadi dalam pengelolaan sampah ada upaya pengurangan dan ada upaya penanganan. Upaya pengurangan ini yang masih sangat kecil yaitu 7,44%. Sedangkan penanganannya juga masih kecil yaitu 27,41%,” paparnya.

Sekolah Ajarkan Anak Kelola Sampah Sejak Dini

Karyanto Wibowo, Sustainable Development Director Danone Indonesia menambahkan, upaya untuk menanggulangi permasalahan sampah salah satunya adalah kolaborasi antar pihak. Baik pemerintah pusat, pemerintah daerah, swasta maupun masyarakat.

“Kami dari perusahaan swasta salah satu upaya yang yang dilakukan adalah menjaga jangan sampai terjadi penebangan pohon. Kalaupun misalkan ada penebangan maka kita lakukan penanaman pohon atau kita bangun sumur-sumur resapan. Sehingga air akan lebih banyak yang masuk ke dalam tanah. Termasuk kita juga menjaga keanekaragaman hayati,” ujarnya.

Selain itu pihaknya juga berusaha untuk mengurangi semaksimal mungkin energi yang dipakai di pabrik. Salah satu inisiatif yang dilakukan adalah dengan memasang solar panel di seluruh pabrik.

“Saat ini belum semua ada, baru enam yang terpasang. Tapi kita ingin memasang di lebih dari 20 pabrik yang kita miliki sehingga kita bisa menekan terjadinya eksposur dari SCO2 ke udara,” jelasnya.

Terkait air minum kemasan, ia menjelaskan bahwa memang sejak awal Danone berusaha memberikan akses hidrasi kepada konsumen dengan model yang guna ulang. Jadi kalau dilihat sebagian besar sebenarnya kemasan-kemasan produk air minum Danome itu adalah kemasan yang berguna ulang.

Webinar Kelola Sampah Sekolah

Dr. Suhardini Nurhayati, S.Pd, M.Pd., Kepala Sekolah SD Insan Amanah Kota Malang membagi peraktik baik terkait pendidikan cinta lingkungan yang dilakukan oleh sekolahnya. Pihak sekolah menanamkan wawasan lingkungan pada tiga ranah dalam pendidikan. Pertama intrakurikuler, ko-kurikuler dan juga ekstrakurikuler.

“Di intrakurikuler ini kami memberikan pendidikan tentang teknologi tepat guna dan isu tentang pengolahan sampah dalam proses pembelajaran. Kemudian dalam bidang ko-kurikuler ada penerapan program sekolah yang berbasis ramah lingkungan melalui kegiatan keterampilan proses. Kemudian di extrakurikuler kami memberikan pendidikan tentang teknologi tepat guna dan isu tentang pengolahan sampah,” tuturnya.

Ia juga menyampaikan, sebelum pandemi pihaknya memberikan pembelajaran dan pendidikan tentang wawasan lingkungan dalam proses tatap muka dengan hasil yang sangat maksimal. Tetapi dalam kondisi pandemi seperti ini mereka memiliki banyak keterbatasan. Tetapi tidak mengurangi semangat mereka untuk terus belajar tentang wawasan lingkungan.

“Berbagai media kami gunakan sebagai wadah pembelajaran. Salah satunya seperti memanfatkan media sosial yang bisa diakses oleh murid di mana saja,” ujarnya. (Hendriyanto)

Penulis: Hendriyanto
Editor: Lailatul Machfudhotin

Aksesibilitas
Ukuran Font
Mode Kontras Tinggi