.jpeg)
Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional tahun 2021, Kompas.com bekerjasama dengan Direktorat Sekolah Dasar (Kemendikbudristek) dan Tanoto Foundation menggelar webinar K-TALK untuk memaknai ulang peran guru masa kini, yaitu pemimpin di dalam krisis dan juga menata kembali masa depan.
Dalam webinar yang digelar pada Kamis, 25 November 2021 tersebut sekaligus juga dilakukan peluncuran buku pembelajaran aktif di masa pandemi, yang merupakan bagian dari Program Pintar Tanoto Foundation.
“Kami di Tanoto Foundation pada hari ini mempersembahkan buku pembelajaran aktif di masa pandemi untuk ikut mendorong inovasi pembelajaran, agar lebih kreatif dan tetap menyenangkan dalam berbagai situasi dan kondisi,” ujar M. Ari Widowati, Direktur Program PINTAR Tanoto Foundation.
Ari Widowati mengungkapkan pandemi Covid-19 telah mendorong percepatan inovasi dalam berbagai aspek kehidupan, tidak terkecuali di bidang pendidikan yang harus bertransformasi untuk beradaptasi di tengah keterbatasan. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk belajar dan juga untuk mengajar.
.jpeg)
“Selama pandemi ini kita sangat terbiasa untuk memperkaya pengetahuan kita melalui situs-situs online. Bahkan Kemendikbudristek memiliki situs Guru Belajar yang secara khusus diperuntukkan untuk memperkuat kompetensi profesional para guru lintas geografis dan lintas waktu. Tak ketinggalan Kementerian Agama juga memanfaatkan teknologi informasi untuk bisa menyebarkan praktik-praktik baik secara luas kepada para guru dan kepala madrasahnya,” kata Ari Widowati.
Ari mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbudristek dan Kementerian Agama yang terus memberikan dukungan kepada Tanoto Foundation khususnya di dalam program pintar yang berfokus untuk meningkatkan kualitas pendidikan dasar.
“Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Wahyuningsih selaku Direktur Sekolah Dasar yang telah menyempatkan hadir dalam peluncuran buku pembelajaran aktif di masa pandemi,” tutupnya.
Menyambut peluncuran buku pembelajaran aktif untuk anak-anak sekolah dasar, Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., Direktur Sekolah Dasar, Kemendikbudristek, sangat mengapresiasi semua pihak yang terlibat. Khususnya kepada Tanoto Foundation yang sudah ikut berkontribusi memajukan pendidikan Indonesia melalui program PINTAR, salah satunya peluncuran buku pembelajaran aktif di masa pandemi.
“Saya berharap buku pembelajaran aktif di masa pandemi ini dapat membuka wawasan semua pihak bahwa apapun batasan dan rintangan yang dihadapi, akan tetapi kreativitas dan inovasi harus selalu ada, untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak Indonesia,” kata Sri Wahyuningsih.
.jpeg)
Ia menuturkan melalui kolaborasi dan saling bersinergi akan melahirkan ide-ide dan strategi bagaimana memfasilitasi pendidikan anak-anak Indonesia, dan memfasilitasi para guru untuk dapat meningkatkan kemampuan kompetensi. Khususnya dalam mengadaptasi teknologi informasi untuk mengembangkan berbagai program bimbingan pembelajaran agar dapat diakses dengan mudah.
“Dalam kebijakan Merdeka Belajar, bapak ibu guru dan peserta didik diberikan kewenangan secara merdeka untuk menentukan pembelajaran seperti apa yang ingin diterapkan, agar suasana pembelajaran menjadi lebih aktif, interaktif, menyenangkan dan bermakna. Mari kita terapkan konsep pembelajaran berpusat pada peserta didik dan pembelajaran yang terdiferensiasi untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Kita sebagai pendidik merupakan fasilitator yang menjadi partner, teman anak-anak dalam menggapai pengetahuan,” kata perempuan yang akrab disapa Bunda Ning ini.
Ia menghimbau kepada seluruh guru di jenjang sekolah dasar agar bersedia membaca dan menyerap informasi yang ada di buku pembelajaran aktif di masa pandemi. Agar dapat diterapkan sebagai bahan referensi dalam menciptakan pembelajaran yang kreatif.
“Mari kita adaptif dalam mengikuti kemajuan zaman yang tidak bisa kita hindari ini. Tetap semangat bapak ibu guru, kepala sekolah, orangtua, institusi pendidikan dan seluruh masyarakat untuk senantiasa berjuang memajukan pendidikan di Indonesia. Mari menjadi pembelajar sepanjang hayat yang tak henti-hentinya belajar untuk memberikan yang terbaik bagi pendidikan anak-anak kita,” tandas Ning.
Sementrar itu, Wisnu Nugroho, Pemimpin Redaksi Kompas.com mengatakan buku pembelajaran aktif di masa pandemi kaya akan pengalaman pembelajaran untuk bisa dijadikan acuan menghadapi, beradaptasi dan saling berkolaborasi untuk menghadapi situasi ketidakpastian akibat pandemi ini.
.jpeg)
“Semoga pengalaman para guru yang nyata jatuh bangun dalam mengajar yang tertuang dalam buku ini bisa jadi inspirasi untuk kita semua. Sehingga kita bisa menjernihkan harapan yang kadang-kadang keliru. Dan terakhir kita bisa berpegangan pada harapan untuk menghadapi ketidakpastian dengan lebih baik,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama turut hadir perwakilan 3 guru dari Kalimantan Timur, Sumatera Utara dan Pekanbaru Riau, untuk membagi pengalamannya dalam memaknai hari guru. Khususnya setelah melewati hampir dua tahun masa pandemi.
Abdul Rahmat, Guru SDN 011 Balikpapan Tengah, Kalimantan Timur mengatakan, dalam memperingati hari guru di tahun 2021 ini perlu menguatkan sinergi antara guru dengan orangtua untuk memastikan setiap anak bisa mendapatkan pendampingan pembelajaran yang baik. Di masa pandemi ini, sebagai guru harus bisa menjadi teladan bagi anak dalam menerapkan protokol kesehatan.
“Seperti yang telah kami lakukan di SDN 011 Balikpapan Tengah Kalimantan Timur. Guru selalu memakai masker, memastikan siswa mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk kelas, mengecek suhu tubuh siswa dan tetap menjaga jarak,” kata Abdul Rahmat.
Ia menuturkan sekolahnya telah melaksanakan pembelajaran tatap muka terbatas. Namun dalam satu minggu hanya dua hari belajar di sekolah dengan durasi setiap harinya adalah dua jam. Empat hari lainnya masih melaksanakan pembelajaran secara daring. Meski demikian pembelajaran blended-learning ini masih menjadi tantangan yang berat baginya. Karena ia memiliki tanggung jawab memastikan perkembangan kemampuan siswa.
“Saya merasakan tantangan ini cukup berat karena harus memastikan perkembangan kemampuan setiap siswa secara optimal. Seperti yang kita ketahui bersama setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh di kelas kelas 4A semua siswa sudah bisa membaca tetapi masih ada siswa yang belum mampu memahami apa yang mereka baca. Sehingga sulit menemukan gagasan pokok dan gagasan pendukung pada sebuah bacaan yang merupakan kompetensi awal di kelas 4,” kata Abdul Rahmat.
Totaria Simbilon, Guru SMPN 3 Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara mengutarakan tantangan terberat yang dihadapi guru di dalam pembelajaran jarak jauh. Yaitu melayani pembelajaran jauh lebih lama dari biasanya.
“Karena kalau kami mengajar tatap muka di kelas itu waktunya sudah ada, dan anak ada bersama di satu kelas. Tapi di dalam pembelajaran jarak jauh ini guru harus menyesuaikan pembelajar dengan ketersediaan akses internet yang dimiliki siswa. Sekolah saya itu ada di pinggiran Kabanjahe yang 90% muridnya berasal dari desa. Dari data yang saya dapat pada tahun lalu itu hanya 50% siswa yang memiliki gadget sendiri, 50% lagi mereka berbagi dengan kakak bahkan temannya yang dekat,” kata Totaria.
Jadi menurut pengalamannya saat memberi pembelajaran pada pagi hari rata-rata hanya 25% siswa yang aktif mengikuti pembelajaran. Kemudian nanti pada siang hari baru murid yang lainnya dapat mengikuti pembelajaran.
“Bahkan ada yang melaksanakan pembelajarannya pada malam hari karena harus menunggu orang tuanya pulang dari ladang. Jadi tantangan guru di masa pandemi ini adalah kita harus tetap siap melayani pembelajaran kapan pun agar anak-anak tetap bisa belajar dengan baik,” katanya.
Juni Kardi, Kepala SDN 18 Pekanbaru, Riau menambahkan ada dua tantangan yang dihadapi selama pandemi oleh dirinya sebagai kepala sekolah. Pertama, ketika ia harus mengajak guru untuk membiasakan diri dengan perangkat teknologi informasi. Seperti membawa laptop sebagai kebutuhan dalam memfasilitasi mereka dalam proses pembelajaran.
“Tantang kedua adalah mereka jarang menggunakan perangkat teknologi seperti laptop tadi, sehingga kemampuan teknologi mereka itu sangat rendah. Akan tetapi saya tidak menyerah. Meskipun berat saya tetap membimbing guru untuk meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan teknologi informasi sebagai penunjang pembelajaran di kelas,” katanya. (Hendriyanto)