
Di tengah segala keterbatasan dan kendala yang dihadapi, para guru di seluruh Indonesia terus melaksanakan pembelajaran kepada para peserta didik. Mereka mengembangkan berbagai metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), baik itu secara luring (luar jaringan) maupun daring (dalam jaringan) sesuai kondisi daerah masing-masing.
“Hingga kemarin pembelajaran sementara ini masih terus berlangsung, ada yang menggunakan luring dan itupun juga terbatas. Sementara itu juga masih ada yang menjalankan PJJ secara daring meskipun banyak kendala khususnya jaringan internet yang dihadapi,” kata Dr. Rachmadi Widdiharto, M.A., Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Pendidikan Dasar Kemendikbud pada kegiatan webinar Optimalisasi Pembinaan Peserta Didik di Masa Pandemi, Sabtu, 21 November 2020.
Rachmadi Widdiharto mengungkapkan, hasil dari survei yang dilaksanakan oleh BPK bahwa di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) maupun non 3T sebagian besar siswa belajar dengan mengerjakan soal dari guru, sedangkan pembelajaran interaktif dilakukan kurang dari 40% siswa. Sementara para guru yang meminta siswa menyalin ulang materi pelajaran ada sekitar 25%.
“Ada juga siswa yang membaca buku dari buku teks pelajaran yang lainnya, selain itu ada juga para guru yang mengunjungi siswanya ataupun sebaliknya tetapi angkanya sangat kecil yaitu 3,1% secara nasional. Sedangkan yang menggunakan media sosial WA grup, Facebook dan Messenger terhitung sekitar 86,5%,” katanya.
Akan tetapi kurang memadainya jaringan kuota internet sehingga menjadikan para guru kesulitan untuk mengamati perkembangan siswa, dan ini menjadi hambatan yang dialami oleh sebagian besar guru.
“Survei yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Kemendikbud, kurang konsentrasi dalam mengajar siswa yang dialami oleh guru ada sekitar 7,0%. Belum lagi kesulitan berkoordinasi dengan orang tua dan sebagainya,” papar Rachmadi.
Sementara itu jika pembelajaran secara jarak jauh masih harus tetap dilakukan akan menimbulkan berbagai macam resiko. Ancaman putus sekolah semakin tinggi, penurunan pencapaian belajar antara mereka yang punya akses dan yang tidak, pasti akan terjadi kesenjangan. Kekerasan pada anak dan risiko eksternal juga menjadi ancaman.
“Karena alasan itulah Mendikbud Nadiem Makarim mulai memberlakukan untuk semester genap tahun ajaran 2020-2021, membuka pembelajaran yang sifatnya tetap muka. Tetapi tetap dengan mengikuti protokol kesehatan dan adanya izin dari para orang tua, komite dan Satgas,” katanya.
Nuraini, S.Pd.SD, Kepala Sekolah SD Negeri 2 Gereneng memiliki strategi pembelajaran pada masa pandemi ini. Diantaranya menyusun program tahunan, program kerja sekolah, rencana pengembangan sekolah, rencana strategis pembelajaran di masa pandemi. Menyusun kurikulum khusus pandemi Covid-19, memberi dukungan penuh inisiatif bagi guru untuk mendatangkan narasumber yang kompeten tentang penyusunan rencana pembelajaran di masa pandemi.
“Tidak hanya itu kami juga melakukan monitoring dan evaluasi pembelajaran secara continue, menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan pencegahan Covid-19,” paparnya.
Emy Mahulauw, S.Pd.SD, Pengawas TK & SD Dinas Pendidikan Kab. Maluku Tengah juga menyampaikan terkait optimalisasi pembinaan peserta didik di masa pandemi. Dimana pengawas melaksanakan tugas akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program (pengawasan, pelaksanaan,pembinaan, pemantauan pelaksanaan delapan standar nasional).
Kemudian kepala sekolah dijadikan seorang yang berada di garda terdepan dalam upaya menyikapi suasana yang berbeda di tengah pandemi Covid 19. “Karena kepala sekolah adalah ujung tombak Penggerak Merdeka Belajar pada Satuan Pendidikan yang dipimpinnya. Selain itu juga kepala sekolah adalah seorang yang bertanggung jawab atas kesehatan, kenyamanan dan ketertiban lingkungan sekolah,” ungkap Emy Mahulauw.
Kemudian, peran strategis guru adalah motivator, inisiator, fasilitator, katalisator, asesor dan inspirator yang membantu dalam pendampingan dan pembinaan peserta didik bersama komunitas/ekosistem sekolah.
Aris Ahmad Jaya, DVM. MM, Direktur Utama ABCo Motivatindo menyampaikan pesan semangatnya bagi para guru Indonesia dimana beliau mengatakan untuk menjadi seorang guru yang mampu memberikan pembelajaran dan diterima oleh siswa-siswinya maka kuncinya adalah guru harus menjadi pribadi yang asik dan menarik. Karena ketika seorang guru menarik dan menyenangkan maka secara otomatis pembelajaran yang diberikan adalah pembelajaran yang dirindukan.
“Ada hukum yang dinamakan law of attraction, sebuah hukum yang harus dipahami oleh semua guru yang ada di Indonesia yaitu kemiripan menarik kemiripan. Guru yang bahagia menarik kebahagiaan, guru yang menarik akan menjadikan pembelajarannya ikut disenangi dan pembelajaran yang disenangi akan mudah dipahami. Kalau mudah dipahami maka murid akan menjadikan dirinya bagian dari sejarah guru tersebut,” katanya. (Kumi Laila/Hendriyanto)