Layanan pendidikan diupayakan berjalan terus secara merata di semua daerah di negeri ini. Bantuan yang diberikan bertujuan mengikis kesenjangan (gap) antara daerah yang maju dan terisolir seperti kawasan pegunungan. Urusan pendidikan tidak berhenti sampai 2045.
“Kita juga memberikan bantuan sarana-prasarana untuk ruangan sekolah baru ataupun infrastruktur lainnya,” ucap Djohan Achmadi, Widyaprada Ahli Madya Direktorat Sekolah Dasar (SD), saat menyampaikan sambutan mewakili Direktur SD, pada acara penutupan Bimbingan Teknis Digitalisasi Pembelajaran di Hotel Novotel Mangga Dua Jakarta, Jumat malam (10/10/2025). Bantuan itu, tambah Djohan, disampaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.
Menurut Djohan, pendidikan akan terus ada dan berganti mengikuti perkembangan zaman. Agar tidak tertinggal, baik guru maupun pegawai dinas pendidikan harus terus belajar. Hal itu salah satunya ditunjukkan dalam keikutsertaan pada Bimtek Digitalisasi Pembelajaran selama empat hari sejak 8 Oktober hingga 11 Oktober 2025.
Djohan berharap pembelajaran yang nanti dibawa ke daerah masing-masing memiliki nuansa yang menyenangkan. Perangkat digital digunakan dalam rangka eksplorasi materi pelajaran. Ia pun berpesan pembelajaran di kelas tidak melupakan alat tradisional ataupun klasik. “Itu tetap akan dibutuhkan. Apalagi alatnya (papan interaktif) cuma satu. Per kelas menggunakannya bisa tidak seminggu sekali,” jelasnya.
Kreativitas dan inovasi, tambah Djohan, sangat diperlukan. Teknologi sekadar alat pendukung pembelajaran. Dengan perangkat digital, guru dapat menyalurkan inovasi dan kreativitasnya dengan lebih leluasa. “Proses pembelajaran di kelas bisa semakin smart,” ujarnya.
Sementara Noor Ginanjar Jaelani, Ketua Subtim Pembelajaran, dalam laporannya mengatakan semua peserta Bimtek mendapatkan penguatan pemahaman mengenaji tujuan mekanisme, dan alur pelaksanaan digitalisasi pembelajaran. Penyamaan persepsi dilakukan untuk sama-sama memahami bahwa teknologi dimanfaatkan untuk memperkuat proses pembelajaran.
“Kegiatan ini bukan sekadar forum pelatihan, melainkan ruang kolaborasi. Tempat kita berelaborasi, berbagi pengalaman dan membuka semangat yang sama untuk membawa anak didik kita, para murid-murid di pendidikan dasar di Indonesia, menuju arah yang lebih maju dan relevan dengan zaman ini,” tegas Ginanjar.
Kegiatan Bimtek, lanjut Ginanjar, bukanlah garis akhir, melainkan titik awal dari perjalanan panjang digitalisasi pembelajaran di jenjang sekolah dasar. Setiba di daerah masing-masing, peserta diharapkan mengimbaskan ilmu dan praktik baik yang telah diperoleh. “Mari kita teruskan estafet pengetahuan ini kepada rekan-rekan guru yang lain, agar transformasi digital tidak hanya berhenti di pelatihan, namun benar-benar hidup dalam ruang-ruang kelas di seluruh Indonesia,” katanya. (Billy Antoro)