Peran Orang Tua dan Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak Anak

  • 17 Januari 2021
  • Informasi
  • Kunjungan: 18276
Peran Orang Tua dan Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak Anak

Perkembangan otak pada anak tergantung dari nutrisi dan stimulasi dari lingkungan, termasuk juga dari pola asuh orang tua. Kekurangan stimulasi atau kelebihan stimulasi ini tentu akan mengganggu tumbuh kembang anak. Gangguannya bisa berupa gangguan sensorik, motorik maupun gangguan dari proses kecerdasan dan perilaku.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. dr. Yetty Ramli, SpS(k), Spesialis Syaraf Anak Departemen Neurologi RSCM dalam webinar Siberkreasi bertajuk “Dampak Teknologi Terhadap Perkembangan Otak pada Anak” yang dilaksanakan Sabtu, 16 Januari 2020.

Terkait dengan dampak teknologi dan gadget terhadap anak, Yetty mengungkapkan, pada saat anak menggunakan gawai, gadget ataupun televisi itu akan menimbulkan stimulus di otaknya.

“Nanti ada persepsi di otak yang akan disimpan melalui informasi, kalau informasi itu bagus yang diterima anak pun akan berdampak positif. akan tetapi jika anak mengkonsumsi informasi yang negatif maka akan ada perubahan di otak anak tersebut yang mengarah kepada hal negatif pula,” papar Dr. dr. Yetty Ramli, SpS(k).

Oleh karena itu lingkungan terutama orang tua sangat berperan penting agar anak terhindar dari paparan informasi yang tidak sesuai dan menimbulkan efek negatif. Apalagi di era perkembangan teknologi dan digital yang semakin pesat dan semakin dekat dengan kehidupan manusia.

“Untuk itu orang tua harus bijak dalam memanfaatkan teknologi terkini yang tidak terpisahkan dengan kehidupan, termasuk juga dekat dengan anak-anak. Pertama, harus mendorong pemilihan program yang cermat untuk dilihat bersama-sama dan mendiskusikan konten dengan anak-anak dan remaja. Selain itu mengajarkan keterampilan menonton secara kritis, membatasi dan memfokuskan waktu jangan dihabiskan dengan media. Harus selektif serta membatasi pilihan media bagi anak-anak,” ujar Yetty Ramli.

Ia melanjutkan, orang tua juga harus menekankan kegiatan alternatif dan menciptakan lingkungan bebas media elektronik di kamar anak-anak. Hindari penggunaan media sebagai babysitter elektronik.

Orangtua dihimbau untuk menghindari tayangan televisi untuk anak di bawah usia 2 tahun meskipun program televisi tertentu dapat meningkatkan kemampuan kecerdasan anak. Penelitian tentang perkembangan otak dini menunjukkan bahwa bayi dan balita memiliki kebutuhan penting untuk interaksi langsung dengan orangtua dalam pengasuhan anak, untuk pertumbuhan dan perkembangan otak yang sehat dalam meningkatkan keterampilan sosial, emosional dan kognitif yang sesuai. Oleh karena itu mengekspos anak-anak kecil pada program televisi harus dicegah.

Yetty mengungkapkan masa anak-anak dan remaja adalah periode penting untuk perkembangan otak dan perilaku. Selama 24 jam berkontribusi pada kinerja kognitif. Oleh karena itu setidaknya berikan waktu selama 60 menit perhari untuk aktivitas fisik. Selama 2 jam atau kurang setiap harinya waktu untuk rekreasi di layar. Dan tidur 9 sampai 11 jam per malam pada anak-anak berusia 8 sampai 11 tahun.

Masa anak-anak dibawah 3 tahun adalah masa periode sensitif dan penting terhadap perkembangan otak anak. Pengalaman awal dan lingkungan mereka dapat mengubah ekspresi dan mempengaruhi perkembangan saraf jangka panjang.

“Pengaruh teknologi digital menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dari perilaku kecanduan terkait teknologi digital, dimana menyebabkan gangguan neurologis dalam proses reward dan mekanisme dalam mengontrol emosi. Maka peran orang tua, guru, masyarakat dan pemerintah perlu membuat panduan dan proteksi dalam mencegah dampak negatif akibat penggunaan jangka panjang dari perangkat digital,” ujarnya.

Public Figure sekaligus Ketua Umum Parfi, Marcella Zalianty yang juga hadir sebagai narasumber dalam kegiatan webinar tersebut mengatakan hal serupa. Sebagai seorang ibu dari dua orang anak laki-laki usia 9 dan 7 tahun ia mencoba semaksimal mungkin menerapkan pemanfaatan teknologi terhadap anak dengan tepat. Agar anak tidak sampai kecanduan yang akan mempengaruhi terhadap perkembangan otak anak.

“Sebagai orang tua saya memiliki ketakutan, apalagi saya sering membaca terkait impact radiasi dari gadget. Sementara di satu sisi kita ini dihadapkan pada situasi yang kita juga tidak bisa menampik kalau diuntungkan dengan perkembangan teknologi. Apalagi pada saat pandemi ini,” ungkap Marcella Zalianty.

Marcella juga menyampaikan, meskipun teknologi sangat membantu di tengah pandemi ini khususnya bagi anak-anak yang menjalankan proses belajar dari rumah, akan tetapi peran teknologi ini hanya sebagai pendamping atau pelengkap.

“Karena yang paling utama dan terpenting bagaimana interaksi guru dan murid, dan bagaimana kita sebagai orang tua berinteraksi, berkomunikasi terhadap anak-anak kita. Sebagai orang tua kita harus bisa lebih menarik perhatian anak, dibandingkan dengan sebuah gadget. Ini memang susah di era saat ini namun menjadi sebuah tantangan,” tuturnya.

Marcella melanjutkan, meskipun ingin membatasi teknologi kepada anak-anak tapi perkembangan teknologi saat ini mengharuskan orang tua untuk melakukan pendekatan dan memberikan pemahaman terhadap anak terkait pemanfaatan teknologi.

“Mau memberikan pembatasan penggunaan teknologi terhadap anak-anak juga cukup susah. Apalagi di saat pandemi anak-anak harus sekolah daring dan tentu melalui perangkat gawai dan gadget. Sekolah online juga memiliki tantangan yang besar sekali bagi orang tua. Khususnya bagi orang tua yang bekerja dan bagi ibu-ibu yang tidak hanya 100% waktunya menjadi ibu rumah tangga. Tapi kita harus tetap melakukan controlling terhadap anak,” katanya. (*)

Aksesibilitas
Ukuran Font
Mode Kontras Tinggi