
Pandemi Covid-19 telah mendorong masyarakat melakukan inovasi-inovasi di dalam kehidupan, tidak terkecuali pada ranah pembelajaran. Di masa depan sangat dimungkinkan cara anak-anak belajar dan cara guru mengajar akan mengalami perubahan. Yaitu dengan kombinasikan pembelajaran daring (dalam jaringan) atau online dan pembelajaran luring (luar jaringan) atau offline.
Oleh karena itu, kesiapan guru menghadapi era digital di dunia pendidikan sangat diperlukan. Supaya guru siap memanfaatkan teknologi digital sebagai platform utama dalam pembelajaran, sangat diperlukan edukasi dan sosialisasi literasi digital.
Demikian disampaikan Jumeri, S.T.P., M.Si., Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Kemendikbud-Ristek saat membuka webinar bertajuk ‘Cara Membuat Konten Belajar Menarik untuk Peserta Didik’ yang tayang di kanal Youtube pada Kamis, 29 April 2021.
”Saya menyambut hangat dan gembira ikhtiar dari Kominfo, Kemendikbud-Ristek dan Gerakan Nasional Literasi Digital (Siberkreasi) menggelar seminar digitalisasi untuk memberi bekal kepada guru-guru kita di Indonesia. Supaya para guru bisa membuat konten-konten yang lebih menarik, interaktif dan lebih bermakna bagi peserta didik,” papar Jumeri.
Seiring berjalannya waktu, lanjut Jumeri, buku teks yang tercetak secara fisik bertumpuk di perpustakaan sekolah dan tidak banyak digunakan. Belum lagi setiap akhir tahun buku-buku panduan tersebut diganti dengan buku yang baru. Tentu hal ini tidak efisien dari sisi penggunaan keuangan negara.
“Ke depan, dengan platform digital kita berharap bahwa pemanfaatan materi pembelajaran bisa lebih interaktif, menarik dan sesuai dengan perkembangan zaman. Untuk itu diperlukan sikap guru yang responsif terhadap perubahan dan segera menyesuaikan dengan pola-pola pembelajaran baru, pola-pola pemikiran baru untuk bisa melakukan transformasi dalam pembelajaran digital,” kata Jumeri.
Jika guru masih menggunakan metode lama dan tidak sesuai dengan generasi saat ini, maka peserta didik akan merasa cepat bosan dan tidak tertarik pada mata pelajaran yang disajikan oleh guru. Untuk bisa memastikan peserta didik bisa menyerap informasi yang disampaikan, para guru perlu memperluas wawasannya dengan metode-metode yang lebih menarik, dengan memanfaatkan platform digital dan konten yang menarik. Ini akan jadi daya pikat tersendiri bagi anak-anak dalam proses pembelajaran.
”Beberapa metode pembelajaran yang bisa dikembangkan diantaranya seperti Project Based Learning (PBL) dan STEM, serta pembelajaran berbasis platform seperti radio digital, perpustakaan digital, dan tv edukasi. Kemampuan guru-guru kita untuk memproduksi sendiri materi-materi pembelajaran interaktif dan menarik tentu akan sangat besar manfaatnya bagi pengembangan pembelajaran ke depan,” kata Jumeri.
Sementara itu, Nur Fitriana, M.A., Pengembang Teknologi Pembelajaran Anak Ahli Muda Direktorat Sekolah Dasar, Kemendikbud menambahkan bahwa anak-anak generasi Z ini cenderung memilih konten-konten pembelajaran yang menarik serta interaktif.
“Jadi bukan hanya satu arah saja dari guru yang selama ini dianggap sumber belajar yang paling benar. Bukan seperti itu, tapi bagaimana menjadi sumber belajar yang interaktif dengan anak-anak murid,” ujar Nur Fitriana.
Terkait literasi membaca, Nur Fitriana menyampaikan hal tersebut juga dapat dilakukan dengan transformasi digital yang disesuaikan dengan anak-anak di era saat ini, yaitu melalui buku-buku digital. “Mungkin ke depan peralihannya adalah pada buku-buku digital, sehingga dimana saja dan kapan saja bisa membaca melalui handphone,” katanya.
Jika para guru ingin membuat materi pembelajaran melalui metode video pembelajaran, tahapan-tahapan pembuatan videonya tidak hanya sekedar membuat video, tapi harus membuat konten yang benar-benar edukatif, interaktif dan juga menginspirasi.
“Nah, membuat konten video edukasi itu berawal dari masalah apa yang kita temui atau yang dihadapi oleh siswa-siswa. Entah itu dari jenjang PAUD, SD, SMP, SMA ataupun hingga perguruan tinggi. Kemudian kita cari bagaimana menyelesaikan problem itu. Setelah itu kita cari ide dan konsepnya, dan tahap terakhir melakukan apa yang harus kita lakukan untuk menjawab masalah tersebut,” papar Nur Fitriana.
Evi Nur Aprianti, S.Pd., Guru Matematika SMP Daarut Tauhiid Boarding School, Bandung menyampaikan ada 5 tahap dalam membuat konten edukasi untuk pembelajaran. Pertama pemilihan materi. Ia mengatakan tentukan cakupan materi yang akan disampaikan pada satu konten bahan ajar. Buatlah materi tidak terlalu banyak agar durasi pun tidak terlalu panjang.
“Tahap yang kedua adalah ide dan konsep. Temukan ide atau konsep konten belajar yang akan dibuat, kemudian tentukan aplikasi yang akan digunakan. Setelah itu kumpulkan bahan-bahan pendukung yang dibutuhkan,” papar Evi.
Tahap yang ketiga yaitu pembuatan script atau storyboard dari konsep yang sudah dibuat. Lalu tahap keempat adalah proses. Evi menyampaikan konten dapat dibuat dengan desain visual yang menarik dan sesuai sasaran peserta didik. Kemudian rekam narasi konten belajar, lalu editing akhir konten belajar seperti menambahkan backsound music, sound, effect dan lain-lain.
“Nah tahap yang terakhir adalah share konten. Saat mau membagikan konten harus ditentukan platform apa yang akan digunakan untuk membagikan konten belajar. Bisa melalui sosial media, melalui channel Youtube dan media yang lainnya,” ujar Evi. (Hendriyanto)