Digitalisasi Pendidikan Melalui Akun belajar.id di Wilayah 3T

  • 16 Agustus 2021
  • Informasi
  • Kunjungan: 12257
Digitalisasi Pendidikan Melalui Akun belajar.id di Wilayah 3T

Digitalisasi Pendidikan Daerah 3T

Dr. Bonivasius Prasetya Ichtiarto, Direktur Penyerasian Sosial Budaya dan Kelembagaan, Kemendes PDTT menyampaikan, dari amanat Undang-undang desa tahun 2014, ada pendampingan masyarakat desa. Di situ ada tugas memfasilitasi dan mendampingi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan desa, pelaksanaan pengelolaan desa binaan ke masyarakat desa dan juga pemberdayaan masyarakat desa.

Ia kemudian menegaskan, pembangunan desa tidak hanya sisi ekonomi dan kesehatan. Ada juga sektor pendidikan di dalamnya, termasuk juga dengan pendidikan Sekolah Dasar.

“Tata cara pendampingan masyarakat desa itu kurang lebih ada empat. Di antaranya asistensi, pengorganisasian, pengarahan dan fasilitasi. Misalnya teman-teman dari Direktorat SD ingin meminta bantuan teman pendampingan. Ini bisa dikomunikasikan baik dengan tim di kabupaten/kota mau pun dengan kami di pusat Kementerian Desa. Kita akan memberikan arahan-arahan yang membantu teman-teman dari Direktorat SD atau Kemendikbudristek secara menyeluruh,” ujar Bonivasius dalam webinar “Digitalisasi Pendidikan melalui Akun belajar.id” yang diselenggarakan Direktorat Sekolah Dasar, Sabtu, 14 Agustus 2021.

Ia melanjutkan, saat ini Direktorat Penyerasian Sosial Budaya dan Kelembagaan, Kemendes PDTT ingin melakukan beberapa pengarahan-pengarahan maupun bantuan di tingkat sekolah. Dari PAUD, SD sampai SMP di daerah 3T maupun daerah tertinggal, khususnya di daerah Papua, semua disentuh.

“Terkait Papua, kami memiliki program di Sorong untuk guru-guru. Tahun depan kami rencanakan untuk guru-guru SD. Jadi sahabat dari Direktorat SD mungkin nanti bisa bersinergi dengan kami terkait program ini untuk lokasi di daerah-daerah tertinggal,” kata Bonivasius.

Bonivasius juga sangat mengapresiasi Sri Wahyuningsih, Direktur Sekolah Dasar, bersama jajarannya yang begitu aktif untuk terus berkomunikasi dengan pihaknya.

Saat ini, Bonivasius juga sedang merancang pemetaan terkait dengan pendampingan masyarakat desa melalui tenaga pendamping profesional. Ini bekerja sama dengan  BPSDM, Direktorat Jenderal Pemberdayaan dan Pembangunan Desa di mana mereka memiliki ranah seluruh desa di Indonesia.

“Kita akan mencari desa-desa yang akan kita lakukan pembentukan program. Nantinya desa tersebut menjadi panutan desa yang lainnya dari segi ekonomi, kesehatan terutama pendidikan sebagai tombak melahirkan SDM unggul. Oleh karena itu, kami berharap sinergi antara Kementerian Desa dengan teman-teman Kemendikbud, khususnya Direktorat SD untuk memberikan pendampingan masyarakat desa terkait pendidikan dan digitalisasi. Sehingga apa yang menjadi adaptasi baru ini juga bisa dirasakan teman-teman di daerah,” ujarnya.

Sinergi antara Kementerian Desa dan Kemendikbud dirasa sangat dibutuhkan. Begitu juga sinergi dengan Direktorat Sekolah Dasar. Ada pendampingan edukasi terkait pendidikan dan digitalisasi di daerah 3T yang bisa dikerjasamakan. Ada juga peran Duta Rumah Belajar yang dibutuhkan. Duta Rumah Belajar ini diinisiasi Kemendikbud Ristek. Dan hal ini dinilai sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan pendekatan pemanfaatan teknologi di daerah 3T, khususnya di daerah Papua.  

Salah satu Duta Rumah Belajar Provinsi Papua, Minarti, S. Pd., mengatakan, Papua sangat membutuhkan Duta Rumah Belajar. Apalagi, ujar Minarti, Papua sudah memiliki kekuatan komunitas yang bekerjasama dengan Dinas Pemerintah. Papua juga disebut memiliki dukungan dari Pusdatin Kemendikbud dan dukungan dari Rekan DRB seluruh Indonesia.

Penerapan Metode Pembelajaran di Daerah 3T

Wanita yang biasa disapa Mace Min itu menambahkan, pihaknya saat ini sudah melakukan koordinasi dan menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Rapat dengan Kepala Dinas Pendidikan Perpustakaan dan Arsip Daerah sudah dilakukan. Begitu juga dengan koordinasi bersama Kepala LPMP Papua serta menjalin kemitraan dengan LSM di bidang Pendidikan.

“Meski demikian, masih ada tantangan bagi kami semua yaitu mobilitas di daerah Papua yang belum semua tembus jalur darat. Ini mengeluarkan biaya yang relatif besar. Selain itu, kami juga memiliki tantangan susahnya membangun kesadaran guru pada pentingnya membangun diri,” tutur Mace Min.

Duta Rumah Belajar dari Papua

Meski demikian, Mace Min tetap optimistis dalam membagi inspirasi dan motivasi bagi peserta didik dan tenaga pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui rumah belajar. Mace Min optimistis Papua memiliki peluang meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi saat ini sedang membangun Infrastruktur penunjang di Papua. Selain itu, Duta Rumah Belajar pun selalu diberikan pelatihan terkait bidang teknologi dan perkembangannya dari pemerintah pusat yang nanti hasil pelatihan tersebut dapat dibagi ke guru yang lainnya.

Selama mengemban sebagai Duta Rumah Belajar sejak 2018, Mace Min dan timnya sudah melakukan praktik baik di wilayah 3T, khususnya di masa pandemi ini. Di antaranya memanfaatkan semua media yang ada untuk digunakan dalam proses digitalisasi sekolah meskipun dengan berbagai keterbatasan.

“Kami juga memanfaatkan bantuan pemerintah. Kami memanfaatkan 1 PC dan router untuk server ke seluruh perangkat sebagai media pengenalan digitalisasi sekolah. Ini kami lakukan dengan pemanfaatan rumah belajar offline selama proses pembelajaran di masa pandemi ini,” tuturnya.

Digitalisasi Pendidikan di Daerah 3T

Selain itu, pihaknya juga menerapkan sistem tatap muka terbatas dengan cara rolling sebanyak 50% kelas dengan prokes yang ketat.  Membentuk guru keliling ke peserta didik yang sudah dibentuk kelompok-kelompok kecil di kelas, dan melakukan sistem blended learning yaitu mengombinasikan antara online dan offline.

“Kami juga menggunakan sumber belajar kekinian, seperti Rumah Belajar, Akun Belajar, TV Edukasi, Radio Edukasi dan lain-lain,” kata Mace Min.

Selain menjalin sinergi dan metode blended learning, Duta Rumah Belajar juga melakukan sistem pendekatan kepada orang tua dalam memberikan referensi sumber belajar.

“Kami melakukan pendekatan kepada orang tua dalam memberikan referensi sumber belajar. Salah satunya melalui webinar. Dalam webinar tersebut kami menjelaskan berbagai macam sumber pembelajaran, mengenalkan bagaimana cara menerapkan rumah belajar dan cara bagaimana mengakses fitur-fiturnya. Selain itu, kami juga melakukan sosialisasi terkait sumber belajar saat melakukan proses kunjungan berlangsung dan mengumumkannya juga di tempat-tempat ibadah,” imbuhnya.

Andi Sulistiyono, S.Kom, Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda Pusdatin Kemendikbud Ristek, ikut buka suara. Dia mengatakan, akun pembelajaran dengan domain belajar.id yang diterbitkan Kemendikbud Ristek merupakan akun yang dapat digunakan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan untuk mengakses aplikasi pembelajaran berbasis elektronik.

Andi Sulistiyono, S.Kom, Pengembang Teknologi Pembelajaran Ahli Muda Pusdatin Kemendikbud Ristek

Tujuan pembuatan akun pembelajaran ini yang pertama, mendukung kegiatan belajar dari rumah di masa pandemi. Dan yang kedua, mendukung proses pembelajaran di satuan pendidikan melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi.

“Sasaran dari belajar.id yang pertama, peserta didik dari jenjang SD dan program paket A kelas 5 dan 6. Kemudian peserta didik untuk jenjang SMP dan program paket B kelas 7 sampai dengan kelas 9. Peserta didik SMA dan program paket C kelas 10 sampai dengan kelas 12, kemudian untuk SMK kelas 10 sampai dengan kelas 13. Sementara untuk SLB kelas 5 sampai dengan kelas 12. Sasaran pendidik adalah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah sedangkan tenaga kependidikan yaitu kepala pendidikan dan operator,” tuturnya menjelaskan.

Untuk penamaan akun pembelajaran, setiap tingkat berbeda-beda sesuai dengan jenjang masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui status peserta didik. Akun beajar.id menggunakan aplikasi Google dan pengguna akun pembelajaran otoritas mendapatkan akses ke aplikasi-aplikasi pendukung dalam google workspace for education yang siap pakai dan telah banyak digunakan.

“Pembuatan dan penggunaan akun pembelajaran ini bebas biaya. Selain itu, sistem Google juga mampu mengelola puluhan juta akun sekaligus dengan tingkat keamanan tinggi serta pemilik akun dapat mengakses aplikasi Kemendikbud Ristek serta berbagai aplikasi pembelajaran di luar ekosistem Google,” ujarnya.

Ada beberapa perbedaan menggunakan akun pribadi dengan menggunakan akun belajar.id ujar Andi. Yang pertama, dalam akun pribadi tidak akan ada drive bersama. Sementara melalui akun belajar.id, ada drive bersama. Selain itu, juga ada video Google classroom di mana video Google classroom tidak terdapat di akun pribadi. Dan masih banyak lagi kelebihan lainnya yang diberikan akun belajar.id.

“Kelebihan yang lainnya pengguna akun belajar.id dapat mengakses belajar.id dengan menggunakan perangkat apapun seperti laptop, desktop atau smartphone. Jadi semua perangkat sudah terintegrasi,” tutupnya. (*)

 

Aksesibilitas
Ukuran Font
Mode Kontras Tinggi