
Kemendikbudristek terus berupaya menciptakan ruang belajar dengan memanfaatkan teknologi informasi. Agar ruang belajar tersebut dapat diakses semua kalangan selama menjalankan pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19.
Hal tersebut disampaikan Direktur Sekolah Dasar Dra. Sri Wahyuningsih, M.Pd., saat memberikan sambutan dalam webinar bertajuk ‘Yuk Kenali Laboratorium dan Perpustakaan Maya: Cara Belajar Interaktif dan Menarik’ yang diselenggarakan Siberkreasi pada Kamis, 29 Juli 2021.
“Kemendikbudristek telah menghadirkan aplikasi pembelajaran berbasis teknologi informasi yang telah dikembangkan sejak 2011 yang dikenal dengan Rumah Belajar. Aplikasi ini merupakan portal pembelajaran berbasis situs web yang berisi berbagai macam metode pembelajaran. Mulai dari sumber belajar kelas maya yang dapat diakses orang tua, guru di sekolah, peserta didik dan masyarakat,” paparnya.
Selain itu, lanjut Sri Wahyuningsih, ada aplikasi terbaru yang diberi nama Pustaka Maya. Ini adalah layanan pustaka digital dengan berbagai topik bahan belajar yang dapat diakses melalui internet.
Ada juga laboratorium maya yang memiliki daya tarik tersendiri. Bentuknya seperti laboratorium riil yang digunakan dalam aktivitas pembelajaran ataupun penelitian secara ilmiah. Portal ini hadir untuk memperkuat literasi sains.
“Ini merupakan upaya konkrit pemerintah dalam menyiapkan Profil Pelajar Pancasila untuk anak-anak kita yang menjadi elemen penting untuk mempersiapkan generasi unggul di masa yang akan datang,” katanya.

Dr. Khaeruddin, M.Pd., Ketua Prodi Pendidikan Fisika Universitas Negeri Makassar dalam paparannya menyampaikan perbandingan laboratorium riil di sekolah dengan laboratorium maya. Laboratorium riil adalah ruangan untuk melakukan kegiatan percobaan atau praktikum yang dilengkapi dengan peralatan dan bahan-bahan yang riil.
Laboratorium riil menyediakan seperangkat peralatan nyata dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menggunakan laboratorium merupakan sebuah eksperimen nyata.
“Melalui kegiatan laboratorium riil siswa mempelajari fakta, gejala, merumuskan, konsep, prinsip, hukum dan sebagainya,” ujar Khaeruddin.
Sedangkan laboratorium maya, lanjut Khaeruddin, adalah perangkat lunak (software) yang dijalankan perangkat keras (hardware). Semua peralatan yang diperlukan laboratorium maya terdapat di dalam software tersebut. Selain itu, laboratorium maya juga merupakan fasilitas untuk melakukan kegiatan ilmiah berupa penelitian, eksperimen, pengujian dan pengukuran yang terkontrol dalam kondisi tidak nyata atau tidak sebenarnya.
“Laboratorium maya adalah ruang kerja elektronik untuk berkolaborasi dan eksperimentasi dalam penelitian atau kegiatan kreatif lainnya, untuk menghasilkan dan memberikan hasil melalui dan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi,” tambahnya.
Terkait dengan kompetensi, era digital tampak harus mendapat perhatian serius. Pengertian literasi yang akhir-akhir ini digelindingkan Kemendikbudristek tidak boleh hanya dimaknai baca tulis, tetapi harus juga mencakup literasi numerik, literasi teknologi, literasi budaya dan sebagainya.
“Sejatinya, teknologi pembelajaran adalah bukan tentang teknologi. Tapi yang penting adalah bagaimana teknologi tersebut digunakan dengan tepat dengan membuat peserta didik belajar,” ujarnya.
Di sisi lain, Ainun Najib Alfatih, M.Ed., Guru IPA Sekolah Lentera Kasih Makassar menceritakan pengalamannya setelah menggunakan laboratorium maya yang disediakan Kemendikbudristek. Ia mengaku dalam situasi pandemi ini, guru ditantang untuk tetap bisa memberikan proses belajar mengajar yang maksimal. Akan tetapi seperti yang diketahui pembelajaran online memiliki banyak kekurangan. Terutama bagi guru yang dalam proses mengajar memerlukan visualisasi, betul-betul memerlukan praktikum.

Namun dengan adanya laboratorium virtual yang sudah disediakan pemerintah bisa sangat memudahkan para guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang berkualitas.
“Saya pribadi sebelum mengenal laboratorium maya yang disediakan Kemendikbudristek, sudah ada beberapa platform yang saya gunakan untuk mendukung proses belajar mengajar. Sehingga bisa mengurangi rasa bosan anak-anak. Tapi setelah menggunakan laboratorium maya, saya bisa menggabungkannya dan lebih memberikan banyak kemudahan dan akses pembelajaran khususnya buat praktikum,” jelasnya.
Ainun menilai platform tersebut sangat cocok digunakan karena tantangan terbesar dalam belajar online adalah rasa bosan yang menyerang anak-anak. Setelah laboratorium maya ini diperkenalkan referensi untuk platform yang bisa digunakan bervariasi, yang artinya juga membantu guru untuk membangun mood anak-anak agar tidak merasa bosan dalam menerima pelajaran.
“Adanya rumah belajar ini membantu saya bisa lebih memvariasikan aktivitas-aktivitas di kelas, terutama untuk aktivitas praktikum atau aktivitas yang membutuhkan visualisasi,” tutupnya. (Hendriyanto)