Distribusi papan interaktif (interactive flat panel) ke sekolah-sekolah harus berdampak pada peningkatan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik. Melalui beragam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Mendalam, guru dan murid dapat mendalami mata pelajaran dalam suasana yang menyenangkan.
Djohan Achmadi, mewakili Direktur Sekolah Dasar, menyampaikan hal tersebut saat menyampaikan arahan pada acara penutupan Bimbingan Teknis Digitalisasi Pembelajaran Angkatan 9 di Hotel Harris Suites Puri Mansion Jakarta, Jumat malam (17/10/2025). Hadir dalam acara para peserta, fasilitator, dan narasumber Bimtek.
Menurut Djohan, sejumlah survei internasional menempatkan skor literasi dan numerasi murid-murid Indonesia jauh tertinggal di bawah negara-negara lain. Padahal, dari sisi jumlah perpustakaan, Indonesia punya jauh lebih banyak daripada negara-negara lainnya. “Gedung Perpustakaan Nasional kita itu mendapatkan rekor MURI, yaitu gedung perpustakaan nasional tertinggi di dunia, setinggi 126 meter,” ujar Widyaprada Ahli Muda di Direktorat SD ini.
Djohan kemudian membandingkan rekor gedung perpustakaan tertinggi di dunia itu dengan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik Indonesia yang masih rendah. “Kita paling tinggi gedungnya saja. Literasi-numerasinya ranking berapa?” ucapnya.
Oleh karena itu, Djohan berharap para peserta Bimtek menjalankan tugas sebaik-baiknya untuk menularkan dan mengimbaskan ilmu yang didapatnya. “Bertugas dengan sepenuh hati, sukarela, komitmen yang tinggi untuk bisa mengembangkan apa yang kita dapatkan ini,” ucapnya. “Tidak hanya ilmu dan wawasan yang diterima di sini, Bapak-Ibu harus mengembangkan, lakukan improvisasi.”
Sementara Noor Ginanjar Jaelani, Ketua Sub Tim Pembelajaran selaku panitia, melaporkan bahwa Bimtek Digitalisasi Pembelajaran Angkatan 9 diikuti oleh 210 orang, terdiri dari 153 guru SD dan 47 pendamping perwakilan dinas pendidikan kabupaten/kota. Mereka berasal dari Provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tenggara.
Ginanjar berharap, setelah menerima materi dari narasumber, melakukan praktik, dan berdiskusi dengan rekan kelompok, peserta mengimbaskan semua ilmu dan pengalamannya di satuan pendidikan masing-masing dan sekitarnya. “Langkah kecil selama tiga hari ini bukanlah akhir melainkan awal dari perubahan besar. Di tangan Bapak dan Ibu, teknologi bukan sekadar alat namun jembatan menuju pembelajaran hidup bermakna dan mengembirakan,” ujar Ginanjar.* (Billy Antoro)