Iklim Positif Ubah Tentangan Menjadi Dukungan

  • 10 Desember 2025
  • Berita
  • Kunjungan: 95
Iklim Positif Ubah Tentangan Menjadi Dukungan

Jakarta—Perlu proses untuk meyakinkan orang tua dan masyarakat agar mendukung program Sahabat Sekolah Dasar. Perubahan yang digerakkan di sekolah tidak serta merta mendapat sambutan baik. Terlebih jika perubahan itu tidak selaras dengan kebiasaan yang sudah lama berlangsung di masyarakat.

Trisno Balety, guru kelas 2 SD Negeri Nuasele, Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, merasakan betul sulitnya mendapatkan dukungan itu. Kebiasaan masyarakat di sekitar sekolah, anak dibiasakan menjaga kebun sepulang sekolah. Mereka melindungi kebun pisang, singkong, atau jagung dari serangan monyet, babi hutan, dan binatang buas lainnya. Adanya jam tambahan di sekolah membuat orang tua murid gusar.  

“Karena murid lebih banyak menghabiskan waktu bersama guru ketimbang orang tua di rumah,” ujar Trisno saat jeda kegiatan Semarak Sahabat Sekolah Dasar di Hotel Discovery Ancol, Jakarta, Senin sore (8/12/2025). 

Selain itu, orang tua sering mengajak anak-anaknya mengikuti upacara adat ketika mereka seharusnya masuk sekolah. “Jadi mereka harus bolos. Nah, itu jadi tantangan besar buat sekolah,” ungkapnya. 

Trisno kemudian berdiskusi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat. Memikirkan solusi agar murid-murid fokus bersekolah tanpa bolos. Berbekal pengetahuan yang didapat usai mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis yang diadakan Direktorat Sekolah Dasar pada awal Oktober 2025, sekolah berupaya merangkul semua catur pendidikan.   

“Kami mengundang Komite kemudian organisasi muda Katolik untuk mendukung kami memberikan pemahaman kepada komunitas yang suka menentang,” kenang Trisno. 

Jika sebelumnya sekolah mengundang orang tua setahun dua kali, kini, setelah program Sahabat Sekolah Dasar berjalan, sekolah mengadakan sosialisasi program sebulan sekali. “Kami melaporkan refleksi dan evaluasi terkait pengisian jurnal 7 Kebiasaan Anak Indonesia Hebat. Kami juga melaporkan hasil literasi dan numerasi siswa yang didapat dari aksi nyata ini,” kata Trisno.

Pembelajaran berbasis proyek yang didukung dengan buku bacaan membuat kompetensi literasi murid-murid meningkat. Peningkatan kemampuan membaca di kalangan murid itu menjadi pintu masuk bagi Trisno untuk menarik hati orang tua.  

Ketika orang tua mengetahui peningkatan belajar anak-anaknya, hati mereka luluh. Mereka kemudian yakin dan percaya kepada sekolah. 

Dampak Sahabat Sekolah Dasar
Apa perubahan kecil yang terlihat jelas di sekolah setelah aksi nyata Sahabat Sekolah Dasar berjalan? Tak ada sampah berserakan di lingkungan sekolah. “Sudah beberapa tamu yang datang ke sekolah kami dan mereka memberi salut kepada anak-anak di sekolah,” kenang Trisno. “Sampah kertas apapun tidak ada.”

Jika murid-murid melihat sampah sedikit saja, mereka langsung memungutnya, membuangnya di tempat sampah, atau menyetornya di bank sampah. Mereka saling mengingatkan untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Murid-murid juga bangun lebih pagi. Pukul 5 mereka bangun, beribadah, dan berolahraga. Jurnal pembiasaan yang diperiksa guru mendorong mereka berlomba-lomba untuk bangun pagi. “Jadi iklimnya sudah semakin positif,” ucap Trisno.

Keberangkatan anak-anak ke Jakarta untuk mengikuti Semarak Sahabat Sekolah Dasar membuat kepercayaan orang tua kepada sekolah bertambah. Pikiran mereka terbuka bahwa kebiasaan kecil di sekolah dan di rumah sangat dihargai dan mampu membawa murid-murid ke pentas nasional.   

Trisno berharap program Sahabat Sekolah Dasar terus berlanjut. Iklim positif yang terbangun melalui aksi nyata program ini agar dapat terus dirasakan oleh warga sekolah, orang tua, dan masyarakat sekitar.* (Billy Antoro)

 

Aksesibilitas
Ukuran Font
Mode Kontras Tinggi